Rabu, 16 November 2022

Ekonomi Digital jadi Penopang Perekonomian di Tengah Pandemi

    Ekonomi digital dinilai menjadi penopang perekonomian Indonesia selama masa pandemi Covid-19. Berdasarkan data BPS, sektor informasi dan komunikasi (infokom) mencatat pertumbuhan tertinggi pada kuartal II 2020.
    Pertumbuhan sektor infokom 10,88% pada kuartal II 2020 disinyalir karena selama pandemi Covid-19 masyarakat menggantungkan kehidupannya pada ekonomi digital. Bahkan bisnis daring Fast Moving Consumer Goods (FMCG) diprediksi akan meningkat 400% selama tahun 2020.

    Pandemi Covid-19 telah memberikan efek domino multisektoral (kesehatan, sosial, ekonomi, keuangan). Namun aktivitas ekonomi harus terus berjalan dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan.

    Ini menjadi pekerjaan rumah bagaimana melakukan dua hal tersebut diatas secara seimbang dan Ekonomi digital menjadi salah satu jawabannya.

    Mengapa ekonomi digital bisa menjadi jawaban perekonomian di tengah pandemi ini. Hal ini dikarenanaka Ekonomi Digital telah membuat berbagai aktivitas menjadi jauh lebih efisien, ramah inovasi, dan bisnis modelnya bisa beraneka ragam.

    Ekonomi Digital juga punya ruang berkembang dan menciptakan level playing fields yang sama untuk semua orang. Selain itu, Ekonomi Digital ikut mendorong inklusi sehingga seseorang bisa mendapatkan layanan tanpa harus bertatap muka.

    Di masa pandemi ini, para produsen harus cerdas membaca situasi dalam menjalankan bisnisnya. Saat ini konsumen cenderung mencari barang yang menjadi kebutuhan pokok dengan harga paling murah. Produsen harus bisa beradaptasi mengikuti kebutuhan konsumen.

Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia

    Indonesia memiliki visi pada tahun 2025 menjadi negara terbesar di Asia Tenggara dengan nilai transaksi ekonomi digital mencapai 130 Miliar USD. Namun untuk mencapai hal tersebut ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, seperti:

1. Penetrasi internet Indonesia 64%, masih tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura 88%, Malaysia 83%, Thailand 75%, dan Vietnam 70%;

2. Rata-rata kecepatan internet mobile Indonesia 13, 83 mbps, masih tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia 23,8 Mbps, Thailand 25,9 Mbps, Vietnam 30,39 Mbps, dan Singapura 57,16 Mbps;

3. Belum semua wilayah di Indonesia memiliki kualitas internet yang memadai;

4. Lemahnya cyber security dan keamanan data diri konsumen;

5. Kurangnya talenta digital yang sesuai dengan kebutuhan industri; dan

6. Baru 9,4 juta UMKM yang sudah go digital dari total 60 juta UMKM.

    Menghadapi masalah-masalah tersebut Indonesia tentu melakukan berbagai hal. Mengenai masalah infrastruktur Kementerian Kominfo hingga 2022 memiliki target untuk menyediakan akses internet yang memadai di seluruh desa yang ada di Indonesia.

    Sedangkan terkait dengan keamanan digital, Indonesia sedang menyiapkan UU Pelindungan Data Pribadi yang saat ini sedang berproses dengan Komisi I DPR RI. Diharapkan UU PDP akan selesai tahun ini sehingga seluruh masyarakat Indonesia merasa terlindungi data pribadinya.

    Kementerian Kominfo juga mengadakan sejumlah program seperti Digital Talent Scholarship (DTS) yang memiliki berbagai pelatihan untuk membentuk talenta digital. Selain itu ada program Gerakan Nasional Literasi Digital dan program 1.000 Startup Digital.

    Kementerian Kominfo juga membantu para UMKM Inddonesia untuk dapat go digital dengan membantu memberikan pendampingan bekerja sama dengan para marketplace.


    Dengan menguatkan ekonomi digital Indonesia, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun hingga -5,32% pada kuartal II 2020 dapat kembali meningkat.  Krisis tidak hanya menyebabkan dampak negatif, mari menumbuhkan kembali semangat gotong royong untuk menemukan jalan keluar dari krisis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ekonomi Digital jadi Penopang Perekonomian di Tengah Pandemi      Ekonomi digital dinilai menjadi penopang perekonomian Indonesia selama mas...